Pemahaman itu Muncul Tatkala Hujan
Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah diri ini masih diberikan kesempatan untuk menghirup udara sampai detik ini. Jemari ini masih bia menekan tuts-tuts keyboard di laptop yang beberapa tahun ini menemaniku. Seharian ini entah apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku, aku tak tahu sama sekali apa yang harus ku-lakukan terlebih dahulu, bahkan sampai saat ini aku memutuskan untuk sekedar menulis di blog. Ya seminggu ini memang ada perubahan yang terjadi, ada keraguan yang sempat singgah, ada kekecewaan yang sempat menghantui dan ada setumpuk pekerjaan yang harusnya dikerjakan. Mungkin bisa dikatakan lost motivation lebih tepatnya. Hal ini bisa terjadi seiring dengan keputus-asaan dan kebingungan atau bisa jadi dalam keadaan tertekan dan banyak deadline.
Hmm, tapi kali ini aku tidak akan membicarakan itu. Lupakan saja soal lost motivation, mari kita beralih ke suatu hal yang barangkali lebih bermakna. :)
Hari Senin, 14 April 2014. Hari itu hanya ada kuliah sampai jam 13.00, sisanya untuk mengurusi organisasi. Seperti malam itu, selepas maghrib seharusnya diadakan rapat sebuah kegiatan dan aku ikut didalamnya meski bukan menjadi panitia. Hmm, naas karena tidak memenuhi kuorum aku dan teman-teman yang notabene bukan panitia meninggalkan panitia untuk melanjutkan rapat sendiri. Kami merasa kecewa, tidak hanya sekali itu mereka seperti itu melainkan beberapa kali dan belum menyadarinya. Semoga setelah ini bisa segera memperbaiki, Aamiin. Akhirnya aku dan teman-teman melanjutkan untuk rapat sendiri dengan membahas hal-hal yang urgent dan membutuhkan sebuah keputusan yang cepat dan tepat. Selesai pembahasan sekitar pukul 10 dan aku harus segera pulang. Saat itu hujan turun, meski hanya gerimis namun lumayan lebat.
Saat itu aku memutuskan untuk tidak mengenakan mantel dengan lebih dulu mengamankan laptop yang ada di tasku. Entah mengapa saat itu aku ingin sekali menikmati rintik hujan yang tercurah dari langit. Ya, ada sesuatu yang ingin aku pelajari malam itu. Hujan rupanya tak kunjung berhenti, malahan semakin deras hingga bukan lagi bisa disebut gerimis. Baru 1/5 perjalanan aku masih nekad tidak mengenakan mantel meski baju yang kukenakan sudah basah. Baru setelah beberapa meter kemudian aku memutuskan untuk mengenakan mantel karena hujan yang semakin deras. Hujan pun urung berhenti hingga diriku tiba di rumah. Selepas sampai di rumah, aku buka mantel yang ku kenakan dan tak urung jua, baju yang kukenakan tetap basah. :(
Ada yang bisa diambil dari cerita diatas bukan? Seandainya saja sejak awal aku sudah mengenakan mantel, akankah bajuku sebasah ketika aku tidak mengenakannya dari awal? Seandainya sampai akhir aku tetap tidak mengenakan mantel, apakah yang akan terjadi? Selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap kegiatan dan kejadian yang kita alami, hanya saja terkadang tidak begitu terlihat dan samar sehingga kita tidak bisa mengambilnya.
Ada beberapa analisa dan kemungkinan yang bisa terjadi diantaranya:
a. Hujan turun dan ada mantel yang siap dikenakan. Aku lebih memilih untuk mengabaikan mantel tersebut dan tetap mengarungi hujan selama 1/5 perjalanan. Yang kudapatkan bajuku basah, tubuhku tetap menggigil dan akhirnya sedikit demam. Jika kita ibaratkan hujan adalah masalah dan mantel adalah solusi dari masalah tersebut dan kita mengabaikannya walau hanya sebagian perjalanan, bisa jadi kita bisa menyelesaikan masalah tersebut tapi ada efek yang tidak bisa kita hindari dan itu berimbas setelah masalah terselesaikan dimana dalam hal ini diibaratkan dengan baju yang tetap basah dan badan yang menggigil. Hal ini karena kita mengalami keraguan di awal dan berusaha memperbaikinya saat pertengahan. Tetap saja namanya tidak Totalitas.
b. Hujan turun dan ada mantel yang siap dikenakan. Seandainya saja sampai akhir perjalanan mantel itu tetap kuabaikan, apa yang akan terjadi padaku sesampainya di rumah? bisakah juga sampai di rumah. Ditengah hujan yang begitu lebat dan peralatan elektronik yang kubawa kemungkinan yang terjadi adalah bajuku yang sangat basah, tubuh yang sangat menggigil, barang-barang yang basah dan mungkin akan rusak. Jika diibaratkan seperti perumpaan pertama, maka ini termasuk totalitas karena tidak ada keraguan sama sekali dari awal hingga akhir.
c. Hujan turun dan ada mantel yang siap dikenakan. Seandainya aku tidak mengabaikan mantel itu dan mengenakannya dari awal hingga akhir tanpa ada keraguan. Bisa jadi bajuku tidak sebasah kemungkinan pertama dan kedua. badanku juga mungkin tidak akan menggigil karena awal sebelum mengenakan mantel belum basah. Ini juga termasuk totalitas karena tidak ada keraguan dalam mengenakan mantel dari awal hingga akhir.
Dari beberapa kemungkinan diatas kalau saya simpulkan adaah setiap kita mengerjakan sesuatu selalu ada kemungkinan kita mengerjakannya diantaranya setengah-setengah dan totalitas. Hal yang setengah-setengah selalu menghasilkan sesuatu yang kurang memuaskan dan pasti ada cela meski sedikit. Sedangkan totalitas ada dua jenis. totalitas melawan kaidah dan totalitas mengikuti kaidah. Jika totalitas dalam melawan kaidah tentu saja hasilnya akan tidak baik dan jika totalitas dalam mengikuti kaidah tentu saja hasilnya akan baik. Akan tetapi dari kedua jenis totalitas tersebut semuanya selalu mennghadirkan rasa puas terhadap pelaku kegiatan karena keyakinannya dari awal hingga akhir.
Ya itu sedikit banyak pendapat yang hanya diutarakan oleh seorang awam yang limit pengetahuan dan masih harus terus belajar dari apapun yang telah Allah ciptakan di Dunia ini. Yuk mari belajar dan perbanyak ilmu sehingga kita bisa menjalani kehidupan dan tetap berjalan di JalanNya. Tetap termotivasi dan tidak pernah putus asa karena sungguh rahmat Allah begitu luas, seluas yang tak bisa terpandang oleh kasat mata.
Sekian. Terimakasih.
Ada beberapa analisa dan kemungkinan yang bisa terjadi diantaranya:
a. Hujan turun dan ada mantel yang siap dikenakan. Aku lebih memilih untuk mengabaikan mantel tersebut dan tetap mengarungi hujan selama 1/5 perjalanan. Yang kudapatkan bajuku basah, tubuhku tetap menggigil dan akhirnya sedikit demam. Jika kita ibaratkan hujan adalah masalah dan mantel adalah solusi dari masalah tersebut dan kita mengabaikannya walau hanya sebagian perjalanan, bisa jadi kita bisa menyelesaikan masalah tersebut tapi ada efek yang tidak bisa kita hindari dan itu berimbas setelah masalah terselesaikan dimana dalam hal ini diibaratkan dengan baju yang tetap basah dan badan yang menggigil. Hal ini karena kita mengalami keraguan di awal dan berusaha memperbaikinya saat pertengahan. Tetap saja namanya tidak Totalitas.
b. Hujan turun dan ada mantel yang siap dikenakan. Seandainya saja sampai akhir perjalanan mantel itu tetap kuabaikan, apa yang akan terjadi padaku sesampainya di rumah? bisakah juga sampai di rumah. Ditengah hujan yang begitu lebat dan peralatan elektronik yang kubawa kemungkinan yang terjadi adalah bajuku yang sangat basah, tubuh yang sangat menggigil, barang-barang yang basah dan mungkin akan rusak. Jika diibaratkan seperti perumpaan pertama, maka ini termasuk totalitas karena tidak ada keraguan sama sekali dari awal hingga akhir.
c. Hujan turun dan ada mantel yang siap dikenakan. Seandainya aku tidak mengabaikan mantel itu dan mengenakannya dari awal hingga akhir tanpa ada keraguan. Bisa jadi bajuku tidak sebasah kemungkinan pertama dan kedua. badanku juga mungkin tidak akan menggigil karena awal sebelum mengenakan mantel belum basah. Ini juga termasuk totalitas karena tidak ada keraguan dalam mengenakan mantel dari awal hingga akhir.
Dari beberapa kemungkinan diatas kalau saya simpulkan adaah setiap kita mengerjakan sesuatu selalu ada kemungkinan kita mengerjakannya diantaranya setengah-setengah dan totalitas. Hal yang setengah-setengah selalu menghasilkan sesuatu yang kurang memuaskan dan pasti ada cela meski sedikit. Sedangkan totalitas ada dua jenis. totalitas melawan kaidah dan totalitas mengikuti kaidah. Jika totalitas dalam melawan kaidah tentu saja hasilnya akan tidak baik dan jika totalitas dalam mengikuti kaidah tentu saja hasilnya akan baik. Akan tetapi dari kedua jenis totalitas tersebut semuanya selalu mennghadirkan rasa puas terhadap pelaku kegiatan karena keyakinannya dari awal hingga akhir.
Ya itu sedikit banyak pendapat yang hanya diutarakan oleh seorang awam yang limit pengetahuan dan masih harus terus belajar dari apapun yang telah Allah ciptakan di Dunia ini. Yuk mari belajar dan perbanyak ilmu sehingga kita bisa menjalani kehidupan dan tetap berjalan di JalanNya. Tetap termotivasi dan tidak pernah putus asa karena sungguh rahmat Allah begitu luas, seluas yang tak bisa terpandang oleh kasat mata.
Sekian. Terimakasih.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus